Saturday, October 8, 2011

Mindset (3) : Mindset & Culture

Pada tulisan mindset (1) dan mindset (2) sebelumnya telah diuraikan singkat tentang akar permasalahan yang sering muncul dalam suatu organisasi dan bagaimana sikap mental positif (positive mindset) sangat berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas manusia.  Pada tulisan ini akan sedikit diuraikan bagaimana mindset yang dapat berpengaruh terhadap budaya organisasi.  Ada dua cerita dibawah ini yang cukup baik untuk menggambarkan bagaimana sikap mental/ mindset seseorang dapat saling mempengaruhi terhadap tabiat / budaya pada diri seseorang bahkan dalam suatu kelompok/ organisasi.

Cerita 1.
Karyawan baru di salah satu perusahaan kontraktor pembangunan gedung yang masih fresh graduate sangat stress dalam bulan pertama ia bekerja. Pola hidupnya berubah drastis, setiap hari ia harus berangkat kerja di pagi buta dan pulang sudah larut malam, dan seringkali harus masuk kerja di hari libur karena deadline proyek. Semakin lama ia bekerja di perusahaan tersebut, ia semakin larus dalam suasana kerja. Disamping sudah mempunyai banyak teman untuk berbagi dan saling mensupport, pada akhirnya tingkat stressnya sudah menurun. Ia sudah dapat menyesuaikan dengan ritme kerja di perusahaan tersebut.

Singkat cerita, setelah 3 tahun bekerja di perusahaan kontraktor tersebut, ia beralih profesi menjadi PNS di sebuah kantor pemerintah daerah. Dalam bulan pertama ia merasakan ritme kerja yang berubah drastis.
Pada saat bekerja di perusahaan kontraktor sepertinya tidak ada waktu terbuang, setiap hari ia bekerja lebih dari 10 jam. Ritme kerja begitu cepat dengan workload yang begitu tinggi, rasanya tidak ada waktu santai.

Ketika mulai bekerja sebagai PNS, ia bingung dengan suasana kerja barunya, ritme kerjanya sangat berbeda. Pikirannya tidak lagi dipenuhi dengan deadline, deadline dan deadline, hari-harinya lebih banyak waktu kosong dibandingkan dengan waktu untuk bekerja, bahkan ia terkadang bingung harus mengerjalan apa. Pada awalnya ia berharap dapat menikmati kerja dengan lebih baik ketika beralih profesi sebagai PNS. Namun perubahan ritme kerja ini malah membuatnya stress kembali, karena hari-harinya terasa begitu lama dan tidak produktif.

Cerita 2.
Pada awalnya disebuah perusahaan, ada seorang karyawan yang memiliki sikap mental (mindset) kurang baik. Ia selalu datang terlambat ketika ada undangan meeting dengan unit kerja lainnya, bahkan kebiasaan ini terbawa ketika ia harus meeting dengan customer. Ia selalu beralasan ada pekerjaan lain yang mendesak, atau sedang dipanggil atasannya.

Tindakan ini dilakukan terus selama bertahun-tahun hingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan karyawan ini ternyata diikuti oleh banyak karyawan lain hingga tanpa disadari dalam perusahaan tersebut telah terbentuk suatu budaya negatif, yaitu waktu meeting yang selalu molor. Pada saat menunggu peserta yang harus hadir dalam suatu meeting lengkap, kebanyakan peserta yang sudah hadir lebih banyak membicakan hal-hal yang kurang penting dan ketika meeting sudah berjalan banyak peserta yang ijin meninggalkan meeting tersebut karena ada agenda lain yang sudah menunggu di tempat lain.

Pada akhirnya dalam setiap meeting di perusahaan tersebut seringkali tidak dihadiri oleh peserta secara lengkap, waktu meeting yang lebih lama, pelaksanaan meeting yang tidak fokus pada masalah dan solusi serta seringkali hasil meeting tidak dilaksanakan dengan baik. Lalu, apa yang terjadi dengan perusahaan tersebut? Ternyata, semakin lama produknya ketinggalan jaman, kualitasnya menurun, tingkat komplain meningkat, tingkat penjualan produk menurun dan masih banyak lagi dampak negatif yang semakin lama semakin sulit diperbaiki.

Penjelasan.
Dari contoh di atas terlihat bahwa “mindset” bisa menjadi dasar terbentuknya kebiasaan/ tabiat/ karakter seseorang yang saling mempengaruhi yang pada akhirnya dapat menjadi bagian dari budaya dalam sebuah organisasi/ kelompok/ perusahaan.

Stephen R Covey dalam bukunya ”The 7 Habits of Highly Effective People” menyatalan bahwa menabur pikiran, menuai tindakan, menabur tindakan, menuai kebiasaan, menabur kebiasaan, menuai karakter, menabur karakter, menuai nasib.

Sikap mental (pikiran / mindset) seseorang secara langsung berpengaruh dan akan melahirkan sebuah tindakan. Tindakan yang dilakukan terus menerus akan melahirkan sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang sudah menyatu dengan diri seseorang akan menghasilkan sifat/ tabiat/ karakter. Sifat atau tabiat yang dimiliki selanjutnya dapat saling mempengaruhi dan membentuk kebiasaan / budaya dalam sebuah organisasi. Tentunya kebiasaan atau budaya yang telah menjadi tata nilai yang dianut atau menjadi ruhnya organisasi/ perusahaan akan sangat berpengarus terhadap hasil yang dicapai oleh organisasi/ perusahaan tersebut, apapun itu negatif atau positif.

Banyak organisasi sudah menyadari bahwa mindset dan budaya sangat menentukan keberlangsungan organisasi tersebut saat ini dan dimasa yang akan datang. Sebagian organisasi sudah mulai berbenah untuk menyelaraskan mindset dan budayanya agar sejalan dengan kebutuhan pekembangan organisasi/ bisnis. Namun sebagian organisasi justru semakin panik karena mereka menyadari bahwa apa yang terjadi saat ini sudah tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi/ bisnis dan untuk menyelaraskan budaya yang sudah mengakar dibutuhkan waktu, biaya dan effor lain yang sangat besar. Itupun tidak ada jaminan apakah perubahan budaya tersebut akan berjalan dengan baik dan selaras dengan perkembangan kebutuhan organisasi dimasa yang akan datang.

Dalam kepanikan tersebut seringkali tidak bisa melihat lagi hubungan sebab akibat yang saling terkait dan bagaimana mengurai permasalahan hingga mendapatkan solusi yang tepat. Transformasi yang dilakukan organsiasi seringkali terjebak pada permasalahan-permasalahan yang “tangible”, yang bisa diukur, yang bisa dilihat dan dilakukan secara sepotong-sepotong. Pada akhirnya proses transformasi seringkali berhenti pada perubahan visi, misi, value (tata nilai) atau slogan yang terpampang pada setiap ruang kantor namun tidak dapat menjadi ruh organsiasi yang sebenarnya.

Lalu bagaimana proses perubahan budaya dalam suatu organisasi agar dapat berdampak secara positif dan menjadi ruh yang sebenarnya..? hal ini akan dibahas dalam tulisan selanjutnya ....to be continue......

Follow me on twitter @aguspri78

Building a successful blog click here

Exclusive e-commerce themes click here and click here

No comments:

Post a Comment

dream, keep it alive, passion will take you there

“ Setiap orang berhak sukses, setiap orang berhak bahagia. Perjalanan menuju sukes dan bahagia dimulai dari mimpi / cita - cita masing-masing. Jika kita memilih untuk menempuh perjalanan tersebut seperti aliran air maka kita hanya akan sampai pada comberan, sungai, danau, laut atau tempat-tempat lain yang lebih rendah. Namun jika kita menetapkan tujuan hidup (mimpi/cita-cita) dengan jelas maka kita bisa menetapkan jalan mana yang akan kita tempuh agar perjalanan menuju sukses dapat tercapai dengan lebih cepat, lebih baik dan lebih bermakna dengan penuh gairah“.